Minggu, 15 Januari
2012
15:45:00
“Kerajaan Semangka”
Karya Anak Semangka
Didukung Oleh :
Raja Loundry Darsono XII : Raflansyah
Ratu Mimie Dharma Jeng : Aan Anisah
Pangeran Tresno Darsono : Wachyudi Tresna Septiyani
Abdi Nuruni : Luthfiyah
Pengawal Sukmo : Dody Wibowo
Pengawal Sukro : Miftah Hidayat
Pengawal Kacangi : Husni Ramadhan
Dayang Ratih : Irmayanti Sutaryo
Dayang Padmi : Yeni Indriawan
Dayang Gendis : Leni Ratnasari
Dayang Kenari : Nurul Azizah
Dayang Gundik : Murhana
Dukun Loyoh Gendrung : Ano suarno
Produser : Drs. Mansyur
Sutradara/Penulis Skenario : ─
Siti Hapsari
─
Nur Evie
Pomri : Rustiah
Tim artistic
- Sound director : ─ Moh. Satrio Akbar
- Tata
Rias dan Busana : ─ Wiwi Widiasih
─ Indriyani
─ Annisa
- Dekorasi : ─ Sri Andayasari
─
Ryan Maryana
Sie Acara : Iin Karmini
Bendahara : Trianti
Kesekretariatan : ─
Eliwati
─
Nia Rolisa Erum
Cameramen : Udi Wahyudi
Staf Lainnya :
─
─
─
Pada suatu hari disebuah kerajaan
ternama, negeri semangat sepanjang hari, sepanjang galah, bukan! Sepanjang
zaman. Yaitu, kerajaan Semangka di masa kejayaan Raja Loundry Darsono XII,
bersama Ratu Mimie Dharma Jeng yang lumayan cantik jelita turunan Dewi Gemiwang
seorang Adinda aduhai dari negeri Getos.
Sudah 19 tahun silam Raja dan Ratu
dikaruniai seorang putra mahkota yang bernama Tresno Darsono, yang kelak bakal menjadi
Raja kerajaan Semangka selanjutnya. Namun, ada satu kekhawatiran Raja atas
putra tunggalnya itu. Pangeran Tresno Darsono adalah seorang Tuna Rungu.
Raja Loundry Darsono dan Ratu Mimie
Dharma Jeng sangat bijaksana dalam memimpin kerajaan Semangka. Mereka berdua
hidup di istana yang sederhana. Mengapa istananya sederhana? Itu dikarenakan
sifat rendah hati Raja dan Ratu. Dalam pemerintahannya mereka dibantu oleh para
pengawal yang setia serta para dayang istana. Pengawal dan para dayang istana
ini pun memiliki hubungan yang sangat baik.
☺☺☺☺☺
Siang itu Raja dan Ratu sedang
berbincang di taman agung istana, sembari asyik memandang rona langit.
Dayang Ratih :
Sembah hamba yang Mulia (menundukkan kepala)
Ratu : Ada apa?
Dayang Ratih :
Ampuni hamba Ratu. Makan siang sudah siap, segera Ratu dan Raja ke ruang
makan.
Ratu : (Mendesah) aku tak
ingin makan sekarang! (masih memandang langit)
Dayang Ratih :
Tapi Ratu…
Raja : Ratuku jangan begitu. Nanti sakit…(memegang pundak ratu)
Dayang Padmi :
Oh! Ada apa dengan Ratu? (semua terkejut)
Ratu : (Tertawa) hei kau!
Ada apa dengan pakaianmu?
Dayang Padmi :
Wahai ratu. Bukankah pakaianku ini sangat bagus, benar begitu yang Mulia
raja? (mengalihkan
pandangannya pada Raja)
Raja : (tertawa) ah!
Terserah kau saja!
Dayang Ratih :
Mari yang mulia…
Mereka
menuju ruang makan. Ternyata Putra Mahkota sudah tiba lebih dulu di sana.
Raja : (tertawa) Tresno, ternyata
untuk hal makan kau lebih disiplin yah!
(menepuk pundak Tresno)
Pangeran Tresno : (tertawa
juga) ayah, bisa saja. Aku belum jadi pemimpin.
Pok…pok…(menepuk
dada) makanya aku sedang belajar displin dulu!
Ratu : (tersenyum) bagus!
Itu baru anak ibu. (menunjukkan ibu jarinya)
Raja : (berbisik) ratu,
untung saja Tuhan memberi kesabaran jasmani rohani, kalau
tidak rajamu ini bisa mati keselek garpu.
Ratu dan dayang Ratih : (tertawa pelan)
Pangeran Tresno : Hei, dayang Ratih!
Dayang Ratih :
(terkejut) oh yah, pangeran… (menghampiri Tresno)
Pangeran Tresno : di mana cucutnya? Kau tahu kan
cucut itu makanan wajibku.
Dayang Ratih :
Betul pangeran ampuni hamba.
Ratu : (bingung) iya,
kenapa? Apa persediaan di dapur sudah habis.
Dayang Ratih :
(tangan kanannya memegang leher) anu ratu…
Tiba-tiba
pengawal Sukmo memberi kabar kepada Raja atas kedatangan Abdi Nuruni dari segala
misi rahasianya.
Pengawal Sukmo : Punten yang Mulia, abdi Nuruni
sudah datang untuk menghadap.
Raja : Suruh dia menunggu di balai agung. (berdiri dari tempat duduknya)
Pengawal Sukmo : baik yang Mulia (pergi dari hadapan Raja)
Raja
pun keluar dari ruang makan. Sedangkan pangeran Tresno kembang duren melihat
ucapan Raja yang menurutnya amat serius.
Pangeran Tresno : Ibu, apa Abdi Nuruni membawa cucut
dari pasar?
Ratu : (tertawa) bukan, itu
urusan Negara.
Pangeran Tresno : (tertawa
juga) ikan paus Nigeria, enak juga kebayangnya, pok…pok…asyik
bu!
Ratu : Pujare koe wae! (pergi dari
tempat duduknya)
Sementara
Raja dan Abdi Nuruni tampak serius memperbincangkan misi Raja yang ditugaskan
kepada Abdi Nuruni 2 tahun silam. Misi tentang Putra Mahkota Tresno Darsono
yang ketuliannya semakin menjadi.
Raja : bagaimana Abdi Nuruni, apakah kau sudah menemukan
obatnya?
Abdi Nuruni :
Betul Raja! Ini adalah kapas jawa beserta lidi kelapa sawit.
(memberikannya
kepada Raja)
Raja : Benda dari mana ini?
Abdi Nuruni :
Dari karang pring yang Mulia. Benda ini sangat langka sehingga menjadi
rebutan para orang sakti.
Raja : (tersenyum bahagia) benarkah
ini bisa menyembuhkan putraku?
Abdi Nuruni :
Enggih yang Mulia…
Tiba-tiba
pengawal Sukro datang menghadap Raja.
Pengawal Sukro :
(terengah-engah) lapor yang Mulia, ada keributan
di taman agung istana,
yang Mulia harus segara ke sana.
Raja : (terkejut) apa!
Keributan apa??!
Pengawal Sukro :
anu yang Mulia, ada orang asing masuk istana.
Raja : (melotot) orang
asing dari mana?
Abdi Nuruni :
sabar yang Mulia, nyebut…
Raja : astaghfirullah haladzim…aku ingin melihatnya!
Segeralah
Raja dan Abdi Nuruni bergegas menuju taman agung istana. Di sana, pangeran
Tresno sedang berseteru dengan seorang dukin, oh! Maksudnya dukun. Dukun itu
sangat sakti mandramonyong, makasudnya mandraguna.
Pangeran Tresno : Hei! Jaka Ireng (menunjukkan sebilah pedang)
Duk Loyoh Gendrung :Heh! Namaku dukun Loyoh Gendrung, bukan Jaka
Ireng! (tangan
di pinggang)
Pangeran Tresno : (tertawa)
sampean wong ganteng?! Jaka Ireng..pok…pok…ngaca dulu Reng!
Duk Loyoh Gendrung : (mengeluarkan
kerisnya) sampean ngajak perang.
Pangeran Tresno : (melotot)
apa??! Sampean yang kayak arang, sudah jelek, ireng kayak arang,
hidup pula!
Duk Loyoh Gendrung : Tua ya wa…(menghentakkan
tongkat)
Kemudian
Raja segera menghentikan percekcokan itu.
Raja : Hentikan! Siapa kau orang asing? (menunjuk)
Duk Loyoh Gendrung : sembah hamba raja! Aku adalah dukun Loyoh
Gendrung datang dari
negeri Getos untuk mengambil kapas jawa (tertawa)
Raja : tidak bisa! Ini milikku (memegang
erat kapas itu)
Abdi Nuruni :
sabar yang Mulia, nyebut…
Duk Loyoh Gendrung : Hei! Raja Semangka! Aku ini dukun sakti
mandramonyong, eh
maksudnya mandraguna, jangan macam-macam!
Raja : Apa maumu, hah!
Duk Loyoh Gendrung : aku ingin beradu! Kau serahkan kapas jawa
itu, dan aku akan
mengambulkan apa yang kau inginkan!
Raja : kau bisa menyembuhkan putraku?
Duk Loyoh Gendrung : (tertawa
sombong) apa penyakitnya? Kecil Raja.
Raja : Tuna Rungu.
Duk Loyoh Gendrung : (tertawa lagi)
Cuma itu? Hongbalihong thai…
Raja : Baiklah, kita sepakat.
☺☺☺☺☺☺☺☺
Pagi-pagi sekali Raja dan Ratu mondar-mandir
di balai agung, tentu saja menunggu dukun yang akan mengobati anaknya yang tuna
rungu. Melihat raja yang kayak cacing kepanasan, membuat para dayang dan
pengawal serta penasehat istana yang saat itu berdiri di samping Raja dan Ratu
merasa bingung sendiri.
Raja : (mondar-mandir)
Ratu : Raja, tenangkan dirimu. Aku yakin,
dukun itu akan datang.(menenangkan)
Raja : tapi Ratu, kita semua sudah
menunggu satu jam. Aku tak yakin dengan dukun
itu. (gelisah)
Abdi Nuruni :
Yang Mulia (tunduk) apa boleh saya berkata.
Raja : apa itu?
Abdi Nuruni :
apa raja dan ratu yakin dengan
pengobatan dukun yang belum kita ketahui
kebenarannya?
Raja : Apa maksudmu?
Abdi Nuruni :
begini Raja, dalam keyakinan itu dilarang meminta bantuan selain kepada
Tuhan Astaghfirullah…
Pengawal Sukmo : Benar kata penasehat baginda, kalau….
Pengawal Sukro :
(menyenggol Sukmo) kau ini bicara apa, 2
tahun raja dan ratu berusaha
mencari obat disegala penjuru dunia untuk mengobati
putra mahkota.
Ratu : (menutup wajah dengan kedua
telapak tangan) Raja, aku tak ingin anak kita
seperti ini terus.
Raja : sudahlah Ratu, aku yakin semua ini akan ada jalan.
Dayang Ratih :
sembah hamba ratu, benar apa yang dikatakan Yang Mulia raja. Semuanya
akan indah pada waktunya. (berdiri di samping ratu)
Dayang Padmi :
itu benar ratu.
Raja : Abdi Nuruni, aku mengerti dengan perkataanmu, tapi aku
sudah terlalu
pusing dengan semua masalah ini.
Abdi Nuruni :
Subhanallah, baiklah Raja apapun keputusanmu hamba terima.
Sodakallahuladziim…
Kemudian
datanglah dayang Gendis dan dayang Gundik.
Dayang Gundik dan
Gendis : Sembah hamba Yang Mulia. (menunduk)
Raja : ada apa dayang Gendis dan dayang Gundik ? (tegas)
Dayang Gundik :
dukun Loyoh Gendrung sudah datang.
Mendengar
itu, semua yang hadir di balai agung seketika mengikuti langkah raja dan ratu
menunju balairum.
Duk Loyoh Gendrung : daulat hamba yang Mulia raja dan ratu. (tertunduk, raja dan ratu
mengangguk)
Raja : baiklah, aku tak ingin banyak bicara, sekarang cepat
sembuhkan anak saya!
(titah raja)
Duk Loyoh Gendrung : baiklah yang mulia raja.
Setelah
pertemuan singkat itu, para pengawal dan dayang mengantar dukun Loyoh Gendrung itu
ke kamar putra mahkota. Sedangkan raja kembali mengerjakan tugasnya, dan ratu
sibuk mencari calon istri untuk anaknya. Sebenarnya raja dan ratu ingin sekali
menemani anaknya yang sedang di obati, tapi karena ada kepentingan yang harus
diselesaikan secepatnya.
3
pengawal dan 5 dayang setia menunggu pengobatan putra mahkota. Sedangkan si
dukun sibuk mengeluarkan segala macam alat-alat serta obat dari dalam tasnya.
Duk Loyoh Gendrung : dayang, tolong buat kan kopi satu jangan
kasih gula dan jangan pake lama.
Dayang Kenari :
maaf mas, pak, bang, tabib, dukun, paranormal, peramal, orang ireng, eg…
Dukun :
stop! Panggil aku dukun Loyoh Gendrung. (tertawa)
Dayang Kenari :
iya, du…dukun Loyoh Gendrung (gugup) untuk
apa kopinya.
Duk Loyoh Gendrung : Mau tahu aja kamu ini, cepat! Buatkan saja
kopinya.
Dayang Kenari :
baik! (pergi)
Dayang Gendis :
aku nggak yakin, kalau ini dukun beneran.
Dayang Ratih :
iya aku juga sependapat denganmu…
Dayang Padmi :
ngomong aja, kalau kamu juga ingin merubah penampilanmu itu agar
menarik dengan cara berobat pada dukun itu
kan? Aku tahu motif kamu.
(lirik sinis ke
dayang Gendis)
Dayang Gendis :
kamu ngomong apaan sih?
Dayang Padmi :
ih!belagak sok nggak tahu. Kamu mau ngalahin kecantikanku kan?
Dayang Gendis :
(tertawa) hei! Dayang Padmi! Nggak level
banget aku dibandingin sama kamu.
Kamu tahu kan, kecantikanku itu tidak akan
pernah luntur (bersolek)
Dayang Gundik :
sudah! Sudah! Kalian berdua sok cantik banget sih, padahal di sini akulah
yang paling cantik. (bergaya)
Dayang Ratih :
Sudah! Kalian bertiga kok jadi ribut, kasihan tuh putra mahkota sedang di
obati.
Dayang Gundik :
halah! keretanya udah lewat noh, kamu sih lemot banget ngomongnya.
Dayang Ratih :
ih…bukannya gitu, aku…i..tu…cu…ma…na…se…ha…ti…ka…li…an…a…ja…
Dayang Gendis, Gundik,
dan Padmi : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20 (serempak)
Dayang Padmi :
tuh kamu ngomong beberapa kalimat saja sudah 20 detik apalagi pidato,
tidur semua audiensnya.
Dayang Ratih :
(manyun 5cm)
Pengawal Kacangi : Sssttt…jangan ribut, mengganggu
konsentrasi mbah dukun. Apa kalian mau
dikutuk jelek.
Dayang Gundik : sstt….sstt…diam-diam, nanti
kecantikanku ilang.
Dayang Padmi : (menoyor
kepala Gundik) memangnya kamu aja yang cantik, aku juga cantik.
Bahkan lebih cantik daripada kamu. Miss
Indonesia mah, lewat…(ngibasin
tangan)
Pengawal Kacangi : hush! Dibilangin jangan berisik.
Sedangkan
di satu sisi, dukun Loyoh Gendrung sedang konsentrasi full penuh untuk
mengobati penyakit gaje yang di derita putra mahkota.
Duk Loyoh Gendrung : Hong balinghongthai….(menyelupkan daun kelor ke baskom, kemudian
mengibaskan ke seluruh tubuh) thaisaa…kutaraaak…kodok….(ambil daun
anak nakal lalu mengorek telinga Tresno) haikossaaa
cepetewuatus…(ambil
katembat lalu kembali mengorek telinga
Tresno)
Karena
telinganya merasa geli, pangeran Tresno pun terbangun dari tidurnya dan ia
terkejut melihat wajah jelek sang dukun yang pernah ia temui.
Pangeran Tresno : Weleh…weleh…apa-apan kau ini, Jaka
Ireng!
Duk Loyoh Gendrung : Eh, anak muda aku ini dukun sakti
mandramonyong akan mengobati
penyakit tuna rungumu yang makin hari makin
menjadi.
Pangeran Tresno : aku ini memang ganteng turunan
Raja Semangka pemimpin negeri ini.
Duk Loyoh Gendrung : siapa yang bilang kamu itu ganteng.
Pangeran Tresno : dasar Jaka Ireng, aku ganteng
dibilang sekuteng, kamu itu guteng!
Duk Loyoh Gendrung : (menoleh ke
samping, sambil berbisik) susah kalau ngomong sama orang tuli.
Pangeran Tresno : Hei! Para pengawal dan dayang
istana! Usir orang jelek ini!(menunjuk dukun)
Dayang Padmi : punten pangeran, dukun ini yang
akan mengobati penyakit pangeran.
Pangeran Tresno : apa! Kamu juga mengatakan kalau aku
kayak sekuteng.
Dayang Padmi : Aduuh…mana berani hamba
mengatakan hal itu pada pangeran!
Maka
datanglah dayang Kenari sambil membawa secangkir kopi dari dapur. Lalu
diberikanlah kopi itu pada sang dukun.
Dayan Kenari : ini mbah kopinya, (memberikan kopi itu ke tengan dukun itu)
Duk Loyoh Gendrung : kesuwun cah ayu!
Pangeran Tresno : (mengambil
kopi tersebut) terima kasih. (langsung
meminum kopi itu)
Duk Loyoh Gendrung : (melongo)
Kemudian
datanglah Raja beserta Ratu dan Abdi Nuruni sambil membawa bungkusan yang
tertinggal di balairum milik si dukun.
Raja : Aku menemukan
bungkusan ini. apa ini milikmu?
Duk Loyoh Gendrung : Oh, terimah yang mulia Raja. Sebenarnya ini
adalah pil untuk
menyembuhkan penyakit tuna rungu putramu. (mengeluarkan isi bungkusan
itu)
Raja : Kalau begitu
silahkan kau teruskan tugasmu.
Selang
beberapa menit kemudian dukun itu kembali mengobati pangeran Tresno dengan
dibantu oleh beberapa dayang dan pengawal. Dan dukun Loyoh Gendrung itu
memberikan dua pil kersem kepada pangeran Tresno untuk dikunyah.
Pangeran Tresno : Oh! Obat apa ini?? aku tak pernah
melihat sebelumnya. (mengamati pil
tersebut)
Duk Loyoh Gendrung : ayolah dimakan pangeran, dijamin kau tidak
akan mati.
Akhirnya
pangeran pun menguyah pil itu atas perintah dukun Loyoh Gendrung. Setelah
pengobatan hari itu selesai, pulanglah sang dukun.
☺☺☺☺☺☺☺☺
Bulan
berikutnya, semua penghuni istana Semangka kembali gelisah karena penyakit tuna
rungu pangeran tak kunjung sembuh juga. Raja dan ratu pun kembali dipusingkan
oleh tingkah pangeran yang tidak nyambung jika diajak berbicara. Akhirnya Raja
pun menyuruh Abdi Nuruni dan para dayang untuk memanggil dukun Loyoh Gendrung
kembali ke istana.
Maka atas titah Raja dukun Loyoh
Gendrung datang ke istana dan menghadap Raja di balai agung.
Raja : Hei dukun Loyoh
Gendrung. Mana janjimu, kenapa putraku tak juga
sembuh.
Duk Loyoh Gendrung : Maaf yang Mulia, aku tidak akan menepati janjiku
jika yang mulia belum
memberikan kapas jawa itu padaku.
Raja : apa sih
berharganya kapas jawa itu untukmu? (penasaran)
Duk Loyoh Gendrung : tentulah sangat berharga wahai Raja. Baiklah
Raja, aku akan menyembuhkan
putramu jika Raja mau memastikan kapan kapas
jawa itu kau berikan
kepadaku.
Raja : ok, jika itu mau
kamu. Dua hari kemudian aku akan memberikan kapas jawa
itu kepadamu, asalkan dalam dua hari itu juga
putraku telah sembuh.
Duk Loyoh Gendrung : (berpikir
sejenak) baiklah Raja….
(berbicara dalam
hati) hahahaha…aku akan
memanfaatkan waktu dua hari itu
untuk menyesatkan
para penghuni istana Semangka. Putra mahkota yang
menyebalkan, agar kelak ia tak akan menjadi
Raja di negeri Semangka.
Duk Loyoh Gendrung : tapi Raja…
Raja : apa lagi, masih
kurang?
Duk Loyoh Gendrung : bukan Raja, aku punya syarat untukmu. Dalam
pengobatan putramu yang
mulia tidak
boleh tahu apa-apa tentang cara pengobatanku terhadap putramu, alias tahu beres saja.
Raja : lalu bagaimana
aku bisa tahu bagaimana cara kerjamu?
Duk Loyoh Gendrung : yang mulia boleh mengutus para dayang dan
pengawal untuk mengawasiku.
Raja : baiklah (mengangguk)
Atas
permintaan dukun Loyoh Gendrung, Raja pun mengutus para dayang istana dan para
pengawalnnya untuk mengawasi kerja sang dukun. Maka berangkatlah para dayang
istana dan pengawal beserta panggeran Tresno juga ke ruang bawah tanah istana.
Dayang Gundik : Ah! Mau apa sih tuh dukun, masa
aku di suruh bawa ini (mengangkat ceting
bawaannya)
Dayang Kenari : Apalgi aku, disuruh bawa nampan
segede ini.
Dayang Gendis : Eh, Pad. Masa aku yang cantik
ini disuruh bawa gorengan yang berminyak.
Lihat nih, wajahku jadi agak kotor dan
gosong.
Dayang Padmi : Halah, itu mah udah dari
sononya. Aku yang cantiknya melebihi standar
kapasitas dunia aja tidak sombong, nih lihat,(menjinjing ember)
Dayang
Ratih : (tertawa) ka….li…an…jangan….beri…sik….aku…be..rat..nih..ba..wa..batu…ba..ta...
Seakan
semua dapat giliran berbicara.
Pengawal Kacangi : Eh, kalian mending, aku nih kayak
dukun beranak mau melahirkan anak
kadal.
(menunjukkan boneka jailangkung)
Pengawal Sukmo : Eh kacang, nih gantian berat tahu
bawa pasir dari sana sampai sini.
(menjinjing seember pasir)
Pengawal Kacangi : itu deritamu, bukan deritaku.
Sesampainya
di ruang utama ruang bawah tanah, semua bawaan di kumpulkan di depan dukun
Loyoh Gendrung, lalu mereka yang hadir duduk melingkar kecuali pangeran Tresno
yang masih bingung. Ia masih terus berdiri melihat tingkah dukun, para pengawal
dan dayang istana yang aneh dan tidak jelas. Namun, di dalam ruangan itu entah
mengapa para dayang istana menjadi akur mendadak.
Pangeran Tresno : Hei, para dayang. Ada apa dengan
kalian? Kenapa kalian semua jadi akur
seperti ini. kerasukan boneka itu yah? (menunjuk ke boneka jailangkung)
Dayang Ratih : Ssst…mending pangeran duduk (menggunakan bahasa isyarat)
Pangeran Tresno : (duduk)
Kemudian
semuanya diam menunggu instruksi dari dukun Loyoh Gendrung. Sedangkan dukun
tersebut mempersiapkan segara keperluan misinya.
Duk Loyoh Gendrung : Serahkan boneka itu padaku.
Pengawal Kacangi : Ini
mbah.
Maka
mulailah dukun pun mengucapkan beberapa mantera yang dihafalnya.
Duk Loyoh Gendrung : punten bunyut kidul bunyut ngalor, ngula
nyuwun pangapura dumateng
sonten
wilujeng enjing. Sadaya nyuwun panganan ingkang ngenak (makan
gorengan) mbah…buyut wetan buyut
ngulon,teng riki njaluk wedang manis.
(minum air di
ember, lalu sembur ke arah Tresno)
Pangeran Tresno : Huft! (semua
dayang dan para pengawal tertawa)
Duk Loyoh Gendrung : Hongbalihongthai…(menatap
semua yang hadir) ayo, kita main ini. boneka
akan menunjukkan reaksi apabila pangeran ikut
bergoyang memegang
tangkai boneka ini.
Dayang Padmi : (menarik
tangan Tresno)
Kemudian
dengan di bombing sang dukun, ritual itu pun di mulai. Mereka mengayun-ayunkan
boneka itu beberapa kali. Di saat semua sedang konsentrasi, tiba-tiba muncullah
bayangan di kegelapan ruang bawah tanah.
Kontan yang lain merasa kaget dan ketakutan.
Semua yang hadir : (menjerit
serempak)
Pangeran Tresno : Mengapa kalian tidak berteiak
sepertiku. (menengok ke arah para dayang dan
pengawal yang bersembunyi di belakangnya)
Dayang Gundik : Pangeran ini bicara apa.
Jelas-jelas kami berteriak ketakutan seperti ini!
Pengawal Kacangi : ya, Tuhan. Itu makhluk apa?!
Dayang Gendis : Ayo kita kabur! (menarik tangan dayang lainnya)
Dari
kegelapan itu muncullah pengawaal Sukro. Ia bingung melihat pangeran Tresno
yang sendirian di ruang bawah tanah.
Pengawal Sukro : ada apa ini pangeran?
Pangeran Tresno : (melongo
kembang duren)
Pengawal Sukro : (Menuntun pangeran keluar dari ruang bawah tanah)
Keesokan
harinya sang dukun datang menghadap Raja dan Ratu utnuk menagih janji. Di sisi
lain para daynag dan pengawal membicarakan tentang peristiwa tadi malam, untuk
segera informasikan kepada Raja dan Ratu tentang dukun itu.
Pengawal Sukmo : Gila! Ternyata dukun itu palsu.
Dayang Kenari : iya, kita semua telah di tipu
olehnya.
Pengawal Kacangi : bagaimana kalau kita laporkan
kejadian itu kepada Raja.
Dayang Gundik : Aku setuju itu.
Dayang Gendis : Aku juga setuju.
Dayang Ratih : aku se…tu..ju…
Dayang Padmi : Iya, mending cepat-cepat kita
kasih tahu Raja, sebelum Raja memberikan
kapas jawa itu.
Pengawal Sukro : Sebenarnya semalam ada apa sih?
Kenapa pangeran Tresno bisa sendirian.
Pengawal Sukmo : Sudahlah, nanti saja penjelasannya.
Sekarang kita harus menghadap Raja
segera.
Akhirnya
mereka semua menemui Raja di balai agung. Namun, betapa terkejutnya mereka
ketika melihat sang dukun sudah menggenggam kapas jawa di tangannya dengan
senyum kemenangan. Dengan cepat Pengawal Kacangi berlari menghampiri Raja.
Pengawal Kacangi : Sembah hamba yang mulia, hamba ingin
melaporkan tentang kepalsuan
dukun itu. Kita telah di tipu raja. Dia sama
sekali tidak menyembuhkan
pangeran Tresno melainkan melainkan
menyesatkan kami semua.
Raja : (kaget) apa!!!
Pangeran Tresno : Ayah! Ada apa?
Raja : Putraku, kau
kemana saja?
Pangeran Tresno : aku sudah makan tadi, ayah.
Raja : Hah! (murka)
dukun palsu, kembalikan kapas jawa itu!
Duk Loyoh Gendrung : Tiidak bisa Raja, ini sudah menjadi
milikku. (mengorek-ngorek telinganya
dengan kapas
jawa)
Setelah
melihat keadaan anaknya yang tidak berubah, Raja menyesal telah memberikan
kapas jawa itu kepada dukun Loyoh Gendrung. Apalagi kapas jawa digunakan untuk
mengorek telinga dukun palsu itu. Dengan segela kekuasaannya, ia memerintahkan
semua balatentaranya untuk segera menangkap dukun itu. Pada akhirnya dukun itu
pun di tangkap dan di keroyok oleh penghuni istana sampai babak belur. Untuk
kisah selanjutnya, anda dapat mengarang sendiri. Biar pun ceritanya menggantung
yang penting happy.
TAMAT
Minggu, 15 Januari
2012
20:26:45
At home Siti Hapsari