Sketsa
satu
yang kuinginkan selama ini terwujud. dia berada tepat di depanku.
seharusnya aku senang, seharusnya aku tidak berkaca-kaca seperti ini.
seharusnya aku tersenyum untuknya.
aku menangis bukan karena
tangannya telah merengkuh orang lain, bukan. aku bahkan telah belajar
merelakannya untuk pergi dari hidupku. lalu kenapa aku menangis?
karena ini. karena tubuhnya tergeletak tak berdaya di pangkuanku. dari
mulutnya terdengar cercauan yg tak aku mengerti. matanya merah akibat
belasan botol haram itu. entah aku tak tahu berapa banyak yang ia minum
sampai seperti ini. bukan hanya itu, tanganku mulai merasakan hangatnya
cairan yang keluar dari perutnya. ingin rasanya aku berteriak saat itu
juga, cairan merah kental mengucur deras.
...
perlahan tangannya meraih wajahku hingga meninggalkan berkas merah di
pipi kananku. ia mengatakan sesuatu tapi tak kudengar suaranya. hingga
pada detik ketiga, malaikat menjemputnya.
tak tahu apa yang
harus aku perbuat, tubuhku bergetar hebat. kenapa ia harus merenggut
dirinya sendiri dengan belasan botol haram itu sampai penusukan terjadi
padanya.
sketsa Erik, Eza dan Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar