haiii...nih lanjutannya...meski gk seseru kaya part sebelumnya...maaf yah...
oh yah yg gk kebagian tag...mampir ke wall aku nanti aku kirim link cerbungnya...
hmm..sekali lagi, ini hanya karangan saja, jgn mengira nyata:D :D :D...selamat membaca guys...
Akhirnya mereka berenam sampai di sebuah villa yang terletak di puncak dengan pemandangan gunung yang indah, susana sejuk dan tanpa polusi. Ini sih namanya damai, aman, dan sejahera. “Antik juga nih villa.” Gumam Aji menggelengkan kepalanya melihat bangunan yang berdiri di depan mereka. Bangunan itu semakin asri dengan pohon-pohon di sekelilingnya. Aku melihat ke sekeliling, rupanya villa Akis jauh dari pemukiman. Berbeda denganku dulu yang berdampingan dengan beberapa villa.
“Huh! Ini baru namanya liburan!!” teriak Tablet merentangkan kedua tangannya merasakan hembusan udara yang sejuk.
“Ndesso banget sih, lo.” Timpal Herdi menoyor kepala Tablet. Kami semua pun tertawa.
“Oh yah Kis, elo udah hubungi si pak boss belum?” tanyaku. Yang aku sebut pak boss adalah manager Say’A pak Ical.
“Tenang, gue udah hubungin kok, katanya besok pak boss sampai sini, sekalian nyari job gitu buat kita. Kali aja, di sini juga kita bisa manggung.” Timpal Herdi. Aku tersenyum.
“Ayo semuanya masuk.” Kata Akis sambil mengeluarkan kunci villa dari tasnya. Serempak kami mengikuti langkah Akis dengan membawa barang masing-masing. Akis dengan cepat membuka pintu depan, begitu masuk langsung terlihat tata ruang yang rapi, bersih dan asri. Berbeda dengan Aji dan Tablet, mereka langsung mencicipi sofa empuk di ruang tamu.
“Gue lupa, di sini nggak ada pembantu. So, semuanya harus dilakukan sendiri. Nyuci baju, masak, bersih-bersih dan lain sebagainya.” Tutur Akis. Kontan yang lain kaget plus melongo mendengar ucapannya. Aji dan Tablet yang tadi jungkir balik di sofa langsung menghentikan tingkahnya itu, tentu saja aku juga kaget setengah modar.
“Nggak ada pembantu?” ulangku tak percaya. Akis mengangguk. “Mampus gue!” rutukku dan duduk di sofa dengan lemas.
“Yaah, kita ke sini mau liburan Kis, masa semuanya harus dikerjakan sendiri.” Sela Tablet yang langsung di sambut dengan anggukan kepala Aji dan Herdi. Si Akis malah senyum-senyum saja, sepertinya tuh anak senang banget melihat reaksi kita semua.
“Kis, jangan bilang kalau di sini nggak ada pisang!” sambungku menatap Akis tajam. *tetep yah Nok, pisang aja di kepala elo* Akis mengangkat kedua bahunya. Oh God, Akis seperti mengerjai kita semua.
“Tenang Inok, nanti kita cari pisang di sekitar pemukiman.” Kata Adie duduk berlutut sambil mengelus rambutku. Melihat perlakuan manis seperti ini aku tersenyum.
“Bener yah?” ucapku juga menatap Adie. Adie tersenyum lalu mengangguk.
“Yaelah kita semua berasa sedang nonton teater Romeo dan Juliet nih, live pula. Ehm!” kata Aji merangkul bahu Tablet.
“Daripada elo apel makan apel.” Aku tak mau kalah. Tablet dan Aji saling pandang, sesaat kemudian Aji melepaskan rangkulannya.
“Loh bukannya jeruk makan jeruk yah, Nok.” Herdi bingung.
“Hahah terserah gue dong, buah-buah gue ini.” Aku tertawa di susul dengan Adie dan Akis *emang sekarang elo pegang buah??*
“Sudah...sudah...” lerai Akis mengehentikan tawanya. “Oh yah, di sini ada tiga kamar, pas banget kan kita berenam, jadi masing-masing kamar dua orang.” Terang Akis. “Yang itu, dan itu, yang satunya lagi di atas.” Lanjut Akis sambil menunjuk kamar yang dimaksud. Aku dan yang lain hanya mengangguk paham.
“Kis, gue bareng Inok yah?” kata Adie yang duduk di sampingku. Mendengar itu aku hanya cengar-cengir tapi malah mendapat tatapan tajam dari Akis yang menggelengkan kepalanya langsung. “Ih, bolehlah Kis, iya kan guys.” Adie melempar pandangannya ke Herdi, Aji dan Tablet. Ketiga cowok itu hanya mengangguk dengan senyum jahil tersungging di bibir mereka.
“Adie, kamu apaan sih?” aku mencubit lengan Adie pelan.
“Loh memangnya nggak boleh yah?”
“Kamu mau dimakan Akis tuh,” tunjukku melihat Akis yang melipat tangannya di depan dada dan menatap Adie tajam.
“Iya, iya Kis, udah ah! Tatapan elo udah kayak mau makan singa tahu nggak.” Adie kembali mengelus lembut puncak kepalaku dan berlalu ke kamar yang tadi di tunjukkan Akis, sebelum Akis benar-benar memakannya *berarti elo singa dong Die*
“Gue bareng Adie yah,” kata Herdi lalu menyusul Adie ke kamarnya. Aku sendiri langsung ditarik Akis ke kamar atas. Tinggallah Aji dan Tablet, sejenak mereka saling tatap *awas! Bahaya tuh, nanti tumbu benih-benih cintrong*
“Mau tak mau, elo sama gue blet!” kata Aji lalu merangkul bahu Tablet menuju kamarnya.
$@$@$%^&%*$%
Tak terasa hari sudah sore. Sepanjang hari kita semua bersenang-senang di sekitar villa, dari memancing, bersepeda, bahkan ke empat cowok itu nyebur ke sungai yang tak jauh dari villa. Aku dan Akis hanya duduk-duduk di dekat sungai, melihat aksi gokil cowok-cowok itu. Tentu saja pandanganku tak lepas menatap Adie *kesemsem deh si Inok.* jangan mengira sungainya keruh, ini jernih sekali aliran dari gunung.
Usai berenang di sungai, kami berenam kembali ke villa dengan membawa beberapa ikan hasil memancing tadi. Setelah mandi kita semua salat maghrib berjamaah dengan Herdi sebagain imam. Usai salat Akis mengajakku memasak untuk makan malam.
“Kis, gue nggak bisa masak.” Bisikku di telinga Akis.
“Udah tahu Nok, elo tuh bisanya makan, eh!makan juga disuapin yah?” ledek Akis.
“Ih, gue balik kamar aja deh.” Aku hendak berbalik, tapi Akis segera menahannya.
“Elo harus bantu gue!” Akis menarik tanganku, lalu menyerahkan pisau dan menyuruhku untuk memotong-motong daging. Loh, kok malah Akis yang maksa, biasanya akulah yang suka maksa. Aku manyun sambil meraih pisau itu. Tak lama kemudian, ke empat cowok datang. Aku tersenyum lebar.
“Wah, masak nih!” ujar Aji.
“Ji, elo deh yang potong daging.” Aku langsung menyerahkan pisau di tangan Aji.
“Kis, kita masak bareng-bareng aja,” saranku. Akis langsung mengangguk. Jadilah kita masak bareng. Akis membagi-bagi tugas apa yang harus mereka lakukan, gesit juga tuh Akis. Mulailah kita masak untuk makan malam.
“Inok sayang, handphonenya di simpen dulu yah?” Adie memegang tanganku dan menatapku dalam. Oh God, ada pangeran di depanku. Aku mengangguk kecil. Sorry, aku memang hoby memainkan handphone di mana pun. Untung Akis tidak melihatnya, bisa-bisa tuh anak ngebawel lagi.
&^&%$&$#$%#%
Aku dan Akis duduk di kasur dengan gitar di pangkuanku. “Nok, elo nyanyi deh.” Aku mengangguk.
tebaaak...Dhera/Inok nyanyi apa????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar