Minggu, 17 Juni 2012

Cerbung >> Dalam Dunia Dhera *Part 8*


haiii...hmm...bingung mau ngomong apa. yg pasti terima kasih untuk semuanya yg sudah baca cerbung aku..hmmm ini lanjutannya. maaaf banget kalau part ini nggak seru kayak part lainnya.. untuk Kak Dhera, makasih banyak sudah jadi inspirasi aku, dan dheractions juga...karena aku bagian dari kalian semua...
ceeekiiidooot...:D :D :D
Sekarang aku banyakin yah..:D

            “Adieee...seriusan!!”
            “Iya Inok, aku nggak pergi kok.” Jawab Adie mengacak rambutku. “Kamu belum ngantuk.” Aku langsung menggeleng.
            “Gimana kalau kita main musik.” Saranku. Terlihat Adie terdiam sejenak, lalu mengangangguk. “Ok, kamu pakai bass Akis, aku gitar yah.” Aku tersenyum senang. Setidaknya ini bisa menghilangkan parno akibat lihat film tadi.
            Malam ini aku dan Adie terus bermain musik dengan nyanyian-nyanyian yang kita berdua bisa. Ini yang aku rindukan, bersama Adie membuatku semakin tenang. Suara Adie dan suaraku di padukan memang pas, klop dan...serasi *cieee, cieee...hayalan author nih*
Bagian 6
Cemburu
            “Inoook!!! Bangun!!!” teriak Memey sambil mengguncang-guncangkan tubuhku. Tunggu dulu, suara Memey kok beda sih. Mungkin Memey lagi flu kali. Aku tidak peduli, masih ngantuk. Ku rangkul Ona Oni, dan Ono.
 “Inoook, banguun! Katanya mau jalan-jalan!” kembali Memey meneriakkiku.
“Nggak mau, nggak ada susu di tangan Memey!” ujarku tanpa membuka mata.
            “Memey? Gue AKIS NOK, AKIS!”  Mendengar itu kontan aku terbangun dan langsung dalam posisi duduk. Aku lihat Akis sudah manyun-manyun melihatku.
            “Akis! Memey mana, terus susu gue mana?” runtutuku. Akis langsung mencubit kedua pipiku geram.
            “Elo masih tidur yah, di sini nggak ada Memey, kita lagi liburan Inok.” Peringat Akis. Mendengar itu aku melongo menatap Akis yang kalut karena sulit membangunkan aku,  lalu aku kembali berbaring. Dengan segera Akis menarik tanganku.
            “Ih, ngapain elo malah baringan lagi.”
            “Kita liburan kan, jadi gue mau tidur.” Kataku enteng.
            “Nggak bisa, elo harus bangun! Pak boss sebentar lagi mau nyampai ke sini.” Kata Akis lagi. Mendengar pak boss, aku langsung bangun untuk kedua kalinya. Dengan segera aku turun dari tempat tidur dan meraih handuk.
            “Kis! Bikinin susu buat gue dong!” teriakku dari dalam mandi.
            “Manja lo Nok, iya iya gue bikinin!” balas Akis lalu keluar dari kamar.
***
            Sepuluh menit kemudian aku selesai mandi. Dan segera membuka lemari baju dan mengambail celana pendek, dengan dress mini. Loh, kok dress? Aku ke ingat perkataan Adie semalam *cieee kebayang yah, so sweet* meski dress yang aku pakai tidak sefeminime cewek-cewek mall, tapi aku yakin tetap terlihat girly. Aku menyisir rambutku yang kental dengan ketomboy’an. Dikucir? NO! NO! NO! Meski pun Adie ingin melihatku feminime tapi aku tidak bisa menghilangkan style tomboy but girly ini.
            “Inoook!! Cepet turun!” teriak seseorang dengan suara cempreng. Ish! Ini Tablet nih.
            “Iyaaa, bawel!” teriakku tak mau kalah. Aku segera keluar kamar, menuruni anak tangga. Kulihat yang lain sudah berkumpul di ruang tengah, dengan makanan yang sudah tersedia. Aku tidak tahu, siapa yang masak. Begitu aku sampai pada anak tangga terakhir, Adie melihatku bengong, mulutnya menganga.
            “I...Inok...” lirihnya. So, sepertinya Adie terpesona melihatku *author juga terpesona Nok* lihat saja, Adie sampai melongo, begitu juga dengan yang lain. Dengan senyum aku menghampiri mereka.
            “Nok...” lirih Herdi.
            “Kenapa tatapan kalian kayak gitu banget sih?” ujarku tak mengerti. Aku langsung mengambil posisi di samping Adie. Adie melihatku dari dari ujung kaki sampai ujung kepala, tidak ada yang terlewat.
Sekian detik mereka masih terdiam, dan itu membuatku tertawa. Mendengar aku yang tertawa sambil duduk di sofa, mereka terhenyak kemudian berpura-pura sibuk mengambil makanan di meja.
            “Oh yah, pak boss lagi di jalan. Sebentar lagi juga nyampe.” Ujar Tablet.
            “Kata pak boss apa Blet?” tanya Akis sambil melahap roti selainya.
            “Katanya pak boss sudah mendapat job buat kita, yah di kafe gitu deh,”
            “Siip itu. Kapan pun kita siap.” Sergahku lalu mengalihkan pandangan ke Adie. “Adie, cari pisang yuk, aku pengen pisang. Nggak tega gue, cacing-cacing di perut konser sambil teriak-teriak pisang?” ajakku di sertai rengekan manja.
            “Ayuk aja Nok,” jawab Adie sumringah dengan anggukan kepala total *semangat 2012* aku harap kutu yang bersarang di rambut Adie tidak terbang ke Neptunus. *otak Inok eror, karena gk makan pisang*
            “Gue ikut yah, sekalian gue mau jalan-jalan.”sambung Akis.
            “Gue juga!” Aji mengangkat tangan.
            “Kalau gitu kita semua ikut aja, sekalian jalan-jalan.” Saran Akis.
            “Gue sama Herdi di sini aja yah, takutnya pak boss datang nih villa sepi lagi.” Jelas Tablet. Yang lain hanya mengangguk menyetujui.
            Sejurus kemudian Aku dan 3A (Adie, Aji, dan Akis) pergi mencari pisang sekalian jalan-jalan. Jangan dulu membayangkan jalan-jalan dengan mobil terus ke mall seperti di Cianjur. Kita berempat jalan kaki sambil menikmati pemandangan pegunungan.
            “Nok, kita cari pisang di kebun warga aja yuk?” ajak Aji melontarkan ide −basi−nya.
            “Yaelah, elo mau nyuri yah, ogah gue. Kata Memey nyuri itu dosa. Gua nggak mau masuk nereka” Sergahku langsung.
            “Idiih, nuduh gue segitunya Nok, maksudnya kita beli langsung di kebunnya.”
            “Mending kita ke warga aja,” sambung Adie meraih tanganku. Ih, Adie kok jadi genit yah, membuat rona merah di pipiku saja nih cowok. Memey tolong, anakmu fallin in love nih *teriaknya pake toa di atas menara Eifel kali aja Memey denger*
            Sepanjang jalan kita berempat terus tertawa menceritakan apa saja. Sesekali dengan sok romantis, Adie merayuku yang pasti langsung di soraki sama Akis dan Aji.  Kami mendatangi warung-warung warga, sampai ke kebun-kebunnya. Akhirnya kita dapat pisang. Aku tersenyum senang beberapa pisang berada di tanganku, aku mendekapnya, mencium harum pisang ini, tapi tanpa di puter di jilat dan celupin, cukup buka kulit pisang, langsung masuk ke mulutku.
            “Inok, makannya entar aja napa, elo nggak sabaran banget.” Ujar Akis menyenggol lenganku. Si ibu penjual warung hanya tersenyum saja melihatku. Ah, biarlah orang berkata apa. Yang penting makan pisang. Aji dan Adie hanya tertawa.
            “Akis, Adie, dan Aji pulang yuk.” Kataku masih melahap pisangnya. Setelah membayar pisang dan belanjaan yang Akis beli kita langsung capcus balik.
            Di perjalanan menuju villa aku yang masih senang membawa pisang sampai lupa dengan kamera pemberian Yoga. Aku menyerahkan plastik berisi pisang ke Aji lalu membuka tas cokelatku.
            “Gue lupa! Gue bawa kamera gitu pemberian dari bang Yoga, kita foto-foto dulu yah.” Ujarku. Tentu saja mendapat respon baik dari ketiganya. Tak membutuhkan waktu banyak untuk berpikir, kita langsung narsis-narsisan di sepanjang jalan. Segala macam pose dari yang cakep, bergaya modeling sampai yang gokil. Semuanya terpotret oleh kameraku.
            Tidak aku lewatkan untuk berfoto dengan Adie. Oh God, dag dig dug lagi nih jantung. “Udah, udah sekarang gilaran gue yang motret.” Aku meraih kamera dari tangan Aji lalu mencari posisi pas untuk memotret Aji, Akis dan Aji. Aku mundur-mundur sambil terus mencari yang pas.
            Dan....DUUK!! punggungku menabrak sesuatu, kontan aku sedikit terpental tapi tidak sampai jatuh. Masih memegang kamera aku berbalik hendak melihat siapa yang tadi aku tabrak.
            Sejenak aku terdiam melihat dua orang cowok di depanku. Yang satu memakai sweater cokelat, dan yang satu T-shirt ungu *janda* wajahnya mereka berdua tidak begitu asing bagiku. Aku berusaha mengingat wajah orang yang berada di depanku, sepertinya dua orang itu juga sama sedang berpikir.
            “Dhera!” ucap mereka berdua bersamaan.
            “Ivan! Febri!” seruku tak kalah kaget. Tanpa ba bi bi be bo lagi aku langsung memeluk mereka berdua. Sedangkan Akis, Adie dan Aji masih berdiri di belakangku dengan raut wajah melongo.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar